tentang sejarah kehidupan di tanah jawa

Kitab Barencong - Epilog (59)

UNTUK HALAMAN YANG TERAKHIR INI; saya gali sejarah KALIMANTAN SELATAN pada kala ke 18 (delapan belas). 

Ada beberapa tokoh yang populer ditengah-tengah:

PERTAMA ialah SYEKH ABDUL HAMID TATAKAN/RANTAU, yaitu dengan gelar DATUK SANGGUL / DATUK KUNING.

KEDUA ialah SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

KETIGA ialah SYEKH ABDUL HAMID ABULUNG

KEEMPAT ialah SYEKH MUHAMMAD NAFIS AL BANJARI

Dan pada kala ke-19 bertambah banyak lagi tokoh-tokoh agama di Kalimantan ini. Dan jadinya pada kala ke-20 banyak lagi melahirkan tokoh-tokoh gres untuk penerus usaha dia itu.

Jadi tokoh-tokoh empat besar itu tadi patut kita warisi, alasannya yaitu adalah menurut Al-Qur’an dan Hadist dan Ijma Ulama yang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang hak.

Bagaimana kita hendak ingkar dengan ajaran-ajarannya yang berbau dengan kebenaran itu.

Demikian pula wali-wali itu yaitu di bawah nabi sebagai khalifah didalam bumi ini, sedang nabi-nabi itu beroleh wahyu dan wali-wali beroleh ilham.

Marilah kita teruskan usaha yang gigih itu untuk merebut kembali kemenangan yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dahulu. Beranikanlah dirimu untuk terjun dimedan laga, untuk meraih kemenangan yang gilang-gemilang. Serahkanlah dirimu bulat-bulat kepadanya, pasti Tuhan bangkit dihadapanmu sekaliannya. Kita semua harus berani jangan pengecut; alasannya yaitu pengecut itu yaitu bibit segala dosa durhaka. Kalau siapa pengecut dalam perjuangan, itu namanya jagoan syaiton namanya. Dan siapa berani berjuang dengan Allah, ia akan menerima gelar jagoan Tuhan. Pilihlah antara dua, ingin jadi jagoan Tuhan atau jadi jagoan syaiton.

Marilah kita menuju kebenaran; insya Allah, Tuhan akan menawarkan jalannya.

Lihat pola sebagai jagoan Tuhan yaitu;

DATUK ABULUNG mati dalam mempertahankan agamanya. Dan dia meninggalkan warisan yaitu sebuah kata-kata mutiara yang lebih berharga daripada harta benda dunia, apakah kata-kata itu;

TIADA YANG MAUJUD, MELAINKAN HANYALAH DIA
DIA ADALAH AKU
DAN AKU ADALAH DIA

Inilah intisari tasawuf beliau

Dan DATUK SANGGUL mewariskan kalimat; A, I, U
Dan DATUK KELAMPAIAN mewariskan kalimat; L, L, L
Dan DATUK MUHAMMAD NAFIS mewariskan sebuah kitab yang berjulukan ADDURUN NAFIS

Dengan intisarinya yang berbunyi; A, A, A
Apakah arti dan makna A, I, U, itu?
Apakah arti dan makna L, L, L, itu?
Dan apakah arti dan makna dari A, A, A?

Marilah kita gali selanjutnya hingga tuntas, siapa beroleh Petunjuk, dialah yang beruntung

DEMIKIANLAH RIWAYAT SINGKAT TENTANG TOKOH “KEAGAMAAN DI KALIMANTAN SELATAN, KHUSUSNYA, DAN KALIMANTAN UMUMNYA.

Ziarah Makam Datuk Sanggul Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan merupakan tempat yang mempunyai tradisi keislaman yang kuat. Di sini terdapat "Serambi Mekkah", yakni kota Martapura di kabupaten Banjar. Martapura merupakan kota santri yang telah mencetak ribuan santri, dan ratusan ulama mumpuni.


Kuatnya akar Islam di tanah Banjar tidak lepas dari tugas usaha para ulama dan waliyullah di masa kerajaan Banjar dahulu. Siapa tak mengenal Syekh Muhammad Arsyad al Banjary dengan kitab Sabilal Muhtadinnya. Kitab ini diterbitkan dan dipelajari tidak hanya di Indonesia tapi hingga ke manca negara ibarat Malaysia dan Brunnei Darussalam.

Para wali di tanah Banjar di masa kemudian sering diberi gelar Datu (gelar kehormatan di Malaysia, Datuk). Misalnya Datu Sanggul, Datu Suban, Datu Kelampayan. Sedangkan di masa kini ada ulama besar dan kharismatik di Kalsel, yakni Tuan Guru Sekumpul yang kini bermakam di Sekumpul Martapura.

Warga Kalsel yang ingin ziarah biasanya mengunjungi makam Guru Sekumpul, Datu Kelampayan, dan Datu Sanggul. Tiga tempat ziarah ini menjadi sering menjadi paket "wajib" bagi orang yang ingin ziarah di tanah Banjar.

Datu Sanggul merupakan gelar kehormatan kepada seorang wali Yang Mahakuasa di tanah Banjar. Nama orisinil dia yaitu Abdus Shamad yang berasal dari Palembang dan hidup pada kala 18 Masehi.

Semasa muda, Abdus Shamad gemar melanglang buana menuntut ilmu Agama Islam. Setelah merantau ke banyak sekali negeri di seberang lautan, jadinya sampailah dia ke Muning, di kabupaten Tapih, Kalsel. Di sana dia menuntut ilmu kepada seorang wali yang berjulukan Datu Suban.

Penyebab Abdus Shamad muda pergi ke Kalimantan untuk menuntut ilmu alasannya yaitu ada firasat melalui mimpi. Suatu saat dia bermimpi bertemu dengan seorang tua. Sambil berjabat tangan, orang renta tersebut berkata: "Jika Ananda ingin menuntut ilmu yang sejati hendaklah ananda mencar ilmu pada Datu Suban di pulau Kalimantan di Kampung Muning Pantai Jati Munggutayuh Tiwadak Gampa tempat Tatakan".

Ketaatan dan kepatuhan Abdus Shamad membuatnya menjadi murid kesayangan Datu Suban. Berbagai ilmu agama dipelajarinya hingga jadinya Abdus Shamad menjadi seorang wali di tanah Banjar yang mempunyai Kharamah luar biasa dan diberi gelar Datu Sanggul.

Kini makam dia sanggup ditemui di desa Tatakan kabupaten Tapin sekitar 500 meter dari pinggir jalan provinsi. Kompleks makam dia oleh pemerintah dijadikan Benda Cagar Budaya yang dilindungi.

Setiap hari banyak peziarah berkunjung ke makam ini. Mereka tidak hanya tiba dari kabupaten Tapin saja, tetapi dari Kalsel, Kalteng, Kalbar, Kaltim bahkan dari luar pulau Kalimantan. Bahkan terkadang ada peziarah yang tiba dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Walaupun dia telah wafat lebih dari 3 kala yang lampau tapi makam dia tetap terjaga. Setiap hari banyak peziarah yang datang. Selain ziarah ke makam, di tempat itu disediakan cuilan khusus buat orang yang ingin mengadakan selamatan. Disediakan air khusus untuk diminum yang telah didoakan oleh ulama setempat.

Di koridor menuju makam terdapat banyak sekali dagangan. Berbagai souvenir dan perlengkapan muslim sanggup ditemui di sini.

Sekian.

WASSALAM


Sumber:
https://www.academia.edu/8744844/ISI_KITAB_BARENCONG_full_114_halaman_
Di edit dan di posting ulang oleh
0 Komentar untuk "Kitab Barencong - Epilog (59)"

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Back To Top