tentang sejarah kehidupan di tanah jawa

Misteri Letusan Gunung Kelud,Pertanda Lahirnya Pemimpin Besar


arti mimpi ada ular, arti mimpi api, apa arti mimpi, apa arti mimpi menikah, apa arti mimpi hamil, apa arti mimpi ular, apa arti mimpi basah, apa arti mimpi melahirkan, apa arti mimpi gigi copot, apa arti mimpi dikejar ular, apa arti mimpi potong rambut, apa arti mimpi suami selingkuh, arti mimpi bertemu mantan, arti mimpi banjir, arti mimpi berenang, arti mimpi bertemu teman lama, arti mimpi buaya, arti mimpi basah, arti mimpi beli baju baru, arti mimpi bertemu ular,


Gunung Kelud, barangkali tidak seterkenal Gunung Merapi di Jawa Tengah, bahkan mungkin sebagian orang gres mengenal Kelud sesudah gunung yang berada di perbatasan Kabupaten Blitar dan Kediri itu meletus dahsyat pada Kamis malam (13/2) pukul 22.50 WIB.

Namun, bagi sebagian orang yang mengenal gunung  yang 'hanya' setinggi 1.776 meter dari bawah permukaan bahari (Mdpl), tentu tidak akan heran gunung itu menciptakan heboh Indonesia, alasannya sempat 'melumpuhkan' kegiatan kehidupan hampir seluruh Pulau Jawa.

Kelud yang dalam bahasa Belandanya disebut Klut, Cloot, Kloet atau Kloete ini, telah melaksanakan geliatnya semenjak era ke-15. Kelud tidak kalah serita mistiknya dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Jika letusan Gunung Merapi sering dikaitkan dengan bakal adanya pergantian kekuasaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Salah satu yang diyakini ialah ketika naiknya Panembahan Senopati sebagai penguasa Mataram Islam. Di salah satu bab buku Babad Tanah Jawa disebutkan Panembahan Senopati berhasil mengalahkan Raja Pajang Sultan Hadiwijaya, yang notabene ialah ayah angkatnya dibarengi dengan letusan Gunung Merapi.

Lalu, apa dongeng di balik letusan Gunung Kelud yang berada di tiga kabupaten Jawa Timur itu, Blitar, Kediri dan Malang, yang termasuk gunung teraktif di tanah air bersama Gunung Merapi, Jawa Tengah?

Gunung tersebut bertipe stratovulkan dengan karakteristik letusan eksplosif hingga imbas letusan pada Kamis malam mencapai ratusan kilometer.

Wikipedia menyebutkan korban dari gunung tersebut mencapai 15.000 jiwa, yang dimulai semenjak 1586 dengan jumlah 10.000 jiwa termasuk pada 1919.

Pada era ke-20, terjadi beberapa kali erupsi semenjak 1901, 1919, 1951, 1966, dan 1990, lalu era ke-21, terjadi pada 2007, 2010 dan 2014.

Setidaknya bersamaan dari letusan Gunung Kelud tersebut, lahir dua tokoh yang menjadi cikal bakal pemimpin besar di nusantara ini, yakni, Hayam Wuruk, Raja ke-4 Majapahit dan Ir Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Buku "Sejarah Raja-Raja Jawa dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam" karya Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, menyebutkan Hayam Wuruk lahir dari pasangan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi dan Kertawardhana Bhre Tumapel (Cakradara) pada 1334.

Kelahiran Hayam Wuruk yang bermakna "ayam terpelajar" itu, versi Pararaton atau Wu-lao-po-wi (versi kronik Jawa) merupakan cucu dari Dyah Wijaya dan Gayatri dari pihak ibu, atau cucu dari Kebo Anabrang dari pihak ayah.

Dalam buku itu juga menyebutkan kelahiran Hayam Wuruk tersebut bersamaan dengan meletusnya Gunung Kelud dan gempa bumi di Panbanyu, serta ditandai dengan pengikraran "Sumpah Palapa" dari Patih Amangkubhumi Gajah Mada.

Hingga ketika dirinya berusia 17 tahun, dinobatkan menjadi Raja Mahapahit ke-4 menggantikan Tribhuwana Wijaya Tunggadewi.

Semasa pemerintahannya itu, Majapahit berhasil menyebarkan wilayah kekuasannya hingga ke seluruh nusantara.

Dari Wikipedia menyebutkan Kitab Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII dan XIV, berikut ialah daerah-daerah yang diakui sebagai taklukan atau bawahan Majapahit (disebut sebagai mancanagara). Negara-negara taklukan di Jawa tidak disebut alasannya masih dianggap sebagai bab dari "mandala" kerajaan.

Sumatra disebut di Negarakretagama sebagai "Melayu" mencakup Jambi, Palembang, Keritang, kini kecamatan Keritang, Indragiri Hilir Teba (Muaro Tebo, Jambi), Darmasraya (Kerajaan Malayu Dharmasraya), Kandis, Kahwas, Minangkabau (masyarakat periode pra-Pagaruyung), Siak, masyarakat pra-Kesultanan Siak, Rokan (Rokan Hilir-Rokan Hulu) Kampar, Pane (Panai), Kampe (Pulau Kampai, pulau di Kabupaten Langkat sekarang), Haru (atau Aru, berpusat di Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang sekarang), Mandailing, Tamihang (Aceh Tamiang), Perlak (Peureulak), Padang Lawas, Samudra, Lamuri (pusatnya kini berupa desa di Kabupaten Aceh Besar), Bantan (Pulau Bintan)Lampung dan Barus (atau Pancur, kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah sekarang) Kalimantan disebut sebagai "Nusa Tanjungnegara" dan/atau "Pulau Tanjungpura", meliputi, Kapuas-Katingan (sekarang Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Katingan di Kalteng), Sampit (sekarang ibukota Kabupaten Kotawaringin Timur), Kuta Lingga (artinya kota lingga, situs Candi Laras/Kerajaan Negara Dipa), Kuta Waringin (artinya kota beringin, masyarakat pra-Kerajaan Kotawaringin, kini Kabupaten Kotawaringin Barat) dan Sambas (Kerajaan Sambas kuno, kini Kabupaten Sambas).

Lawai (sungai Kapuas di Kalbar), Kadandangan (sekarang kecamatan Kendawangan, Ketapang), Landa (Kerajaan Landak, kini Kabupaten Landak), Samadang (Semandang, wilayah Kerajaan Tanjungpura), Tirem (Tirun/Kerajaan Tidung, kini kota Tarakan), Sedu (di Serawak), Barune (sekarang negara Brunei), Kalka (sungai Kaluka atau Krian di selatan Sarawak), Saludung (Kingdom of Maynila), kini Kota Manila, Filipina), Solot (kerajaan masyarakat suku Buranun, penduduk orisinil yang mendiami pegunungan di Kepulauan Sulu cikal bakal suku Suluk/Kesultanan Sulu), Pasir (masyarakat pra-Kesultanan Pasir, kini Kabupaten Paser), Barito (sekarang Kabupaten Barito Utara).

Sawaku (atau Sawakung di Berau atau kecamatan Pulau Sebuku, Kotabaru), Tabalung (sekarang Kabupaten Tabalong dengan kotanya Tanjungpuri di tepi sungai Tabalong, ibukota pertama kesultanan Banjar pada era Hindu), Tanjung Kutei (Kesultanan Kutai Kartanegara yang beribukota di Kutai Lama) dan Malano ("di Nusa Tanjungpura", masyarakat suku Melanau di Serawak dan Kalimantan Barat).

Malaysia Barat yang disebut sebagai "Hujung Medini", Pahang, negara bab Pahang, Malaysia, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Terengganu, Johor, Paka, kini cuma merupakan desa nelayan, Muar, kini distrik di Johor, Dungun, kini ialah desa nelayan di Terengganu, Tumasik, kini menjadi negara Singapura, Kelang, (Selangor), Kedah, Jerai dan Kanjapiniran.

Termasuk juga wilayah Indonesia bab timur, atau Timur Jawa, yakni, Bali (yang disebut ialah Badahulu dan Lo Gajah), Gurun, Sukun, Taliwang (di Pulau Sumbawa)Pulau Sapi, Dompo (Dompu), Sang Hyang Api (Pulau Sangeang), Bima Seram, Hutan Kendali (Pulau Buru), Pulau Gurun atau Lombok Merah, Sasak (dikatakan "diperintah seluruhnya"), dan Bantayan (Bantaeng) Luwuk (Kesultanan Luwu), Udamakatraya dan pulau lain-lainnya, "Pulau" Makasar, Pulau Buton (Kesultanan Buton), Pulau Banggawi (Kepulauan Banggai), Kunir, Galian, Salayar (Pulau Selayar), Sumba, Solot (Pulau Solor), Muar, Wanda(n) (Kepulauan Banda), Ambon atau pulau Maluku, Wanin (Semenanjung Onin, di Kabupaten Fakfak). Seran (Pulau Seram) dan Timor.

Siam, Ayodyapura, Darmanagari Marutma, Rajapura, Singanagari Campa, Kamboja, dan Yawana disebut bukan sebagai bawahan tetapi sebagai negara sahabat (mitreka satata).

Putra Sang Fajar Demikian pula, Presiden RI Pertama Soekarno yang dilahirkan dua pekan sesudah Gunung Kelud meletus pada 22-23 Mei 1901 pukul 06.00 WIB dari pasangan suami istri, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada 6 Juni 1901.

Sebelumnya Soekarno berjulukan Koesno Soesrodihardjo, tetapi alasannya sering sakit-sakitan hingga namanya diganti menjadi Soekarno.

Ibundanya berkata, "Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, alasannya ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di ketika fajar menyingsing." "Kita orang Jawa memiliki kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di ketika matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu! Jangan sekali-kali kamu lupakan Nak, bahwa engkau ini putra sang fajar".

Perkataan itu terbukti Presiden Soekarno yang dikenal dengan Bung Karno itu menjadi Presiden RI pertama, dan namanya harum di seluruh dunia dengan nasionalismenya yang tinggi hingga sanggup mempersatukan seluruh wilayah di nusantara, dan ia pun sangat anti kolonialisme dan imperialisme.

Nah, bagaimana dengan letusan Gunung Kelud ketika ini, apakah akan melahirkan kembali pemimpin Bangsa Indonesia yang berkarakter dengan anti segala bentuk penjajahan dan berani menyatakan perilaku demi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak bangkit di bawah ketiak bangsa asing. Kita menunggunya. (Antara)

Editor : Bambang Supriyanto

sumb
0 Komentar untuk "Misteri Letusan Gunung Kelud,Pertanda Lahirnya Pemimpin Besar"

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Back To Top