Sebuah rumah di Jl Patangpuluhan, Yogyakarta diiklankan di situs jual beli tokobagus.com. Rumah ini ditawarkan dengan harga 29.491.000.000. Penjual mengaku rumah milik keluarga Purbodiningrat ini pernah ditinggali Soekarno beberapa hari ketika Belanda hendak menyerang Yogya.
"Dulu ketika Agresi Militer Belanda I 21 Juli 1947, ajun Soekarno, namanya Pak Mangil Martowidjojo menyembunyikan Soekarno di rumah itu. Soekarno sempat tinggal beberapa hari di sini," kata Yuskalvin, laki-laki yang memasang iklan di toko bagus.com.
Rumah ini melengkapi jejak usaha Soekarno. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, bukan berarti keadaan kondusif dan nyaman. Belanda yang membonceng pasukan sekutu tiba lagi ke Indonesia. Jika sekutu berniat melucuti tentara Jepang yang kalah perang, Belanda tiba untuk berkuasa kembali di Indonesia.
Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) segera menghidupkan batalyon-batalyon tentara Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL) di Indonesia. Tentara Hindia Belanda ini bergotong-royong sudah dibubarkan ketika tahun 1942 Jepang mengalahkan Belanda di India. Tentara inilah yang akan menjadi kekuatan utama Belanda di Indonesia.
NICA sangat benci melihat pendukung kemerdekaan Indonesia. Mereka meneror rakyat sipil dan menembak membabi buta. Jika ada cowok yang mengenakan lencana merah putih, maka mereka akan memaksa supaya orang itu menelan lencananya.
NICA mencoba membunuh Soekarno berkali-kali. Soekarno pun harus tidur berpindah-pindah untuk menghindari teror NICA. Salah satunya mereka mencoba menabrak kendaraan beroda empat yang dikendarai Soekarno, untungnya Soekarno selamat.
Maka kesannya pemerintah memindahkan ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta. 4 Januari 1946, sebuah kereta api diam-diam membawa Soekarno dan rombongan ke Yogyakarta di malam buta.
Tapi ternyata Belanda makin nekat. Mereka kemudian menggelar aksi militer pertama. Lagi-lagi keselamatan Soekarno terancam.
Awalnya dari Istana Presiden Yogyakarta, Soekarno disembunyikan di rumah Sigitprawiro untuk beberapa hari. Lalu dipindahkan lagi ke rumah keluarga Purbodiningrat. Baru kesannya Soekarno dibawa ke Madiun supaya keselamatannya terjamin.
Soekarno memang tak menyebutkan secara detil dua rumah itu dalam biografi yang ditulis Cindy Adams. Begitu juga beberapa rumah yang digunakannya untuk bersembunyi. Dia hanya membeberkan daerah persembunyiannya di Madiun. Lokasi perkebunan ini 120 km dari Madiun, di sebuah lereng gunung yang dingin. Tak ada yang tahu Soekarno bersembunyi di sini kecuali segelintir orang.
"Ibu Negara harus mengerjakan sendiri semua pekerjaan. Termasuk mengasuh anak, mencuci dan memasak. Lokasi itu juga terlalu jauh bagiku untuk mendapat koran atau mendengarkan radio. Aku juga tak dapat berjalan-jalan," kata Soekarno .
Uniknya, Istana di Yogyakarta tetap dijaga ketat, seakan-akan Presiden Soekarno masih tinggal di sana. Begitu juga dengan para pejabat. Sekali-kali mereka muncul di Yogya supaya kepetangan musuh tak curiga. Begitu juga dengan Soekarno.
"Apabila ada akad penting yang harus dipenuhi, kami meninggalkan perkebunan ini pada waktu matahari terbenam, dengan kereta api khusus. Kami tiba di Yogyakarta ketika matahari terbit, menghadiri pertemuan kemudian kembali ke Madiun ketika malam dengan kereta api khusus itu tanpa ada yang tahu," beber Soekarno .
Soekarno menjalankan aksi ini selama beberapa bulan. Hingga kesannya RI dan Belanda menandatangani perjanjian Renville. Soekarno menyebut perjanjian itu tak menghasilkan kemerdekaan sejati untuk Indonesia.
"Dia hanya menawarkan waktu untuk bernafas," katanya.
Benar saja, ketika republik lengah Belanda kembali menggelar aksi militer ke-II tanggal 19 Desember 1948. Belanda tak pernah menepati janji. [Merdeka.com]
Tag :
BUDAYA DAN SEJARAH,
Bung Karno
0 Komentar untuk "Kisah Pelarian Bung Karno Di Jakarta, Yogya Dan Madiun"
Note: Only a member of this blog may post a comment.