Keimanan kepada unsur-unsur yang harus di imani bagi para ahlinya. Bukanlah sesuatu yang berada di luar manusia. Namun hal-hal yang harus diimani, merupakan aplikasi dalam diri insan dan harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di alam ini.
Bahwa keimanan bukan hanya sesuatu yang berupa turunnya hidayah dari Tuhan kepada manusia. Akan tetapi keimanan merupakan perpaduan antara kehendak Tuhan dalam menentukan insan untuk beriman, dengan kehendak insan untuk mengenal Tuhannya, pada gilirannya sbb :
Manusia mengejawentahkan keimanan dalam sikap sehari-hari. dan inilah yang akan menjadi modal awal proses menjalani kehidupan spiritual menuju Allah. Adapun keimanan tersebut berdasarkan tokoh sufi Jawa sbb :
1. Imannya Iman, maksudnya ialah tidak adanya keraguan, dan tidak adanya unsur penyekutuan sekecil apapun baik dalam keyakinan hati, pelafatan verbal dan maupun aplikasi sehari-hari. Semuanya harus mengatakan dan menampakkan adanya keberadaan Allah.
2. Imannya Tauhid, maksudnya tiadanya rasa sangsi dalam menjalankan contoh keagamaan dan adanya keyakinan penuh terhadap fakta bahwa insan ialah tempatnya pertemuan dengan Allah. yang di gambarkan oleh Tuhan sendiri dalam QS. Qaaf/50: 15. Dan insan mencerminkan penampakan sifat dan perbuatan Allah. menyerupai firman Tuhan sbb:
"maka bukan kau yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka. dan bukan kau yang melempar dikala kau melempar. tetapi Allah-lah yang melempar. dan untuk memberi kemenangan orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. bersama-sama Tuhan maha mendengar lagi maha mengetahui. QS. Al-Anfaal 8 : 17
3. Imannya Syahadat, maksudnya ialah tidak adanya lagi perasaan was-was serta benar-benar telah munculnya pengalaman penyaksian bahwa diri insan yang sejati merupakan sifatullah (sifatnya Allah).
4. Imannya Makrifat, yang pada dasarnya ialah pengetahuan eksklusif yang diperoleh dari Tuhan melalui pengalaman kerohanian, sehingga dirinya menjadi alat kewaspadaan Tuhan (perwujudan dari sifat Al-Hafidz Tuhan di muka bumi).
5. Imannya Sholat, berupa keyakinan sepenuhnya akan kehadiran Tuhan dalam diri kita, dan dirinya selalu hadir dalam penyaksian Allah. Sehingga ia mempunyai posisi sebagai media bagi menghadap Allah. Hal inilah yang kemudian memunculkan fenomena sholat yang arti luas dalam kehidupan kesehariannya. Bukan sholat syariat saja.
6. Imannya Kehidupan, yang mengandung makna keyakinan sepenuhnya bahwa hidup insan hanyalah sebagian kecil yang tak terpisahkan dari kehidupan 'Allah'. Sehingga di dalam dirinya juga terdapat bukti bahwa insan menjadi bab dari media kehidupan Allah. Wajar kalau insan diarahkan untuk mencapai sumber kehidupan tersebut, bukan mengarahkan gerak kehidupannya kepada orang lain.
7. Imannya Takbir, maksudnya ialah bahwa sesudah insan hingga pada pengalaman kerohanian yang tinggi (fana' dan baqa'), ia mencerminkan diri sebagai bab dari sifat jalal dan kamal. Sehingga insan tersebut menjadi kepunyaan keagungan Allah.
8. Imannya Shadrahu (dalam dadamu), maksudnya ialah bahwa dalam dirinya sudah tidak ada lagi rasa was-was, kebimbangan atau perasaan ragu-ragu bahwa dirinya merupakan arena pertemuan Allah.
9. Imannya Kematian, maksudnya ialah mengandung arti wacana keyakinan penuh bahwa kehidupan insan di dunia ini ialah perjalanan kematian, yang melalui ajal fisik tersebut, pada gilirannya ia akan berada dalam kesucian Allah.
10. Imannya Junud yakni adanya keyakinan sepenuhnya tanpa keraguan sedikitpun bahwa Insan Al Kamil ialah wadah dari Tuhan dari buah hasil hamba yang sudah sanggup bertemu dengan Tuhan itu sendiri. Karena cahaya di atas cahaya berasal darinya.
11. Imannya Jinabat, bahwa orang yang sudah mengalami pencerahan rohani mempunyai keyakinan sepenuhnya bahwa dalam dirinya terkandung inti bertambahnya nikmat dan anugerah Allah. Karena orang yang mencicipi lezatnya keimanan. Melalui pengalaman rohani dipastikan akan menemuinya dan bersama Allah. Setelah ajal fisiknya menyerupai firman Tuhan QS. Yunus (10): 26.
12. Imannya Wudhu. Wudhu secara syariat merupakan cara membersihkan semua kotoran fisik dan rohani. Imannya Wudhu mengandung makna kesucian Allah. yang tercermin dalam segenap nama-namanya. Sehingga dalam hal ini yang di maksudkan adalah, tidak adanya keraguan sedikitpun, bahwa insan yang sudah memasuki kebersamaan dengan Allah, merupakan wujud dari asma Allah.
13. Imannya Kalam (perkataan), yaitu keyakinan utuh tanpa kesangsian sedikitpun bahwa ia ialah ucapan Allah. Apa yang ia ungkapkan dalam bentuk perkataan dan perbuatan selalu mencerminkan hal tersebut.
14. Imannya Akal. Keimanan ini merupakan bentuk dari konsekuensi keimanan sebelumnya. Pada konteks ini. Manusia yang menempuh jalan spiritual dan sudah sanggup menyaksikan wacana hakikat ketuhanan itu sendiri. Dan berarti ia ialah juru bicara Allah.
15. Imannya Nur (cahaya), maksudnya ialah tidak adanya kesangsian lagi bahwa dirinya ialah wujudullah, yaitu daerah berkumpulnya seluruh jagad yaitu: dunia, akhirat, surga, neraka, arsy kursi, loh kalam, bumi, langit, manusia, jin, iblis, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua itu berkumpul di pucuknya jantung, yang di sebut alam kiyal (alam al-khayal), maksudnya ialah yang mempunyai sifat lahut (ketuhanan), maksudnya ialah angan-angan Tuhan yang di sebut alam misal, yang maksudnya ialah awal pengetahuan, yaitu kesucian dzat sifat asma' af'al, yang di sebut alam arwah, maksudnya berkumpulnya nyawa yang ialah di penuhi sifat kamal jamal, ia merupakan angan-angan Tuhan" artinya ia sepenuhnya ialah perwujudan dari apa yang menjadi impian Tuhan serta maksud keberadaannya. (jalantrabas.blogspot.com)
Tag :
Artikel
0 Komentar untuk "Makna Keimanan Dan Makrifat"
Note: Only a member of this blog may post a comment.