Didalam budbahasa Jawa sangat kita kenali istilah Sadulur papat kalima pancer. Namun generasi kini banyak yang melupakannya memang. Tatkala seorang ibu melahirkan bayi, sang bayi ini dikawal oleh ketuban yang menjaga badan, placenta yang memayungi janin di dalam perut ibu dan mengantarkannya hingga ke tujuan: gubrag! di alam mayapada ini. Baru kemudian darah menyertai sebagai saudara ketiga. Kedudukan darah yakni Membantu Yang Punya Hidup demi mewujudkan kehendakNYA. Dan saudara keempat yakni pusar. Peran pusar yakni untuk memenuhi seruan jabang bayi. Begitu bayi lahir bereslah kiprah keempat saudara secara materialistik.
Namun secara spiritual keempat mereka masih tetap menemani. Dalam kebudayaan Arab tidak dikenal nama saudara empat ini. Ketika Islam masuk ke Jawa, saudara empat itu dihubungkan dengan malaikat:
1. Jibril (Jabr El = kekuatan Yang Mahakuasa => ketuban => ruh. Mempunyai seribu enam ratus sayap, Dan dari kepala hingga kakinya ditutupi tujuh puluh ribu bulu berwarna kuning. Setiap bulunya memuat satu bulan dan banyak bintang),
2. Israfil (= malaikat penggenggam yang meniupkan terompet kehidupan dalam rahim = ari-ari atau tembuni atau placenta, semesta.
3. Mikail (= memelihara kehidupan => tali pusar, dalam kepercayaan orang Jawa malaikat Mikail yakni saudara yang menjamin sandang, pangan dan papan) dan
4. Izrail (= Malaikat maut. Sosok yang dipercaya sebagai penanggung jawab kematian. Dalam Hindu konon dikenal sebagai Bathara Kala, yang kuasa yang menguasai waktu, ajal. Buat orang Jawa kematian yang kuasa kematian tidak ada. Karena kematian bukan berasal dari luar diri seseorang. Malainkan merupakan jalan kembali kepada Sang Maha Pencipta).
Sistem saudara empat ini juga dihubungkan dengan keempat nafsu yang ada pada manusia. Amarah, lauwamah, sufiyah, dan mutmainah (= jiwa yang tenang.). Dalam pengenalan diri sejati, teruraikan secara sederhana mengenai diri sejati kita. Dalam kita hidup didunia ini, sebetulnya kita punya kembaran astral, ada 4 kembaran astral kita sbb:
Asal Warna Posisi Pengaruh Nama Kawah Bayi Putih Timur Mutmainah / Keutamaan Kakang Kawah Ari Ari Kuning Barat Supiyah / Keindahan Adi Ari Ari Darah Merah Selatan Amarah Darah Puser Hitam Utara Aluamah / Keserakahan Pusar
Sedangkan kita sendiri yakni merupakan sentra / pancer dari keempat saudara-saudara Astral itu.
Oleh alasannya yakni itu dikenal adanya “sedulur papat lima pancer“. Sedang diatas keempat saudara kita itu, ada sang guru sejati, kemudian diatas guru sejati ada Sang Sukma Sejati. Kalau dalam filosofi 5 jari, maka guru sejati diwakili oleh Jempol, sedang ke 4 bawahannya diwakili oleh keempat jari yang lain. Ajaran para leluhur telah menyebutkan keberadaan saudara mistik kita ini yaitu bahwa kalau insan bisa menguasai keempat saudaranya itu (yang notabene menguasai 4 nafsu,) maka orang tersebut menjadi oke, bagus, sip, jempolan.
Secara keilmuan Jawa, yang Putih sering disebut Nafsu Muthmainah (keutamaan), yang Merah disebut Nafsu Amarah, yang Kuning disebut Nafsu Supiyah (keindahan), dan yang Hitam disebut Nafsu Lauwamah atau Aluamah (keserakahan).
Keempat-empatnya harus diseimbangkan, jangan terlalu menonjol salah satu, alasannya yakni akan berakibat kurang baik. Meskipun Nafsu Muthmainah menuntun menuju keutamaan, namun kalau terlalu “kebablasen’’ ya tidak baik, pola berderma yang hingga habis-habisan sehingga diri sendiri hingga tidak terpikirkan (menderita).
Nafsu Amarah akan menuntun kearah keangkaramurkaan, sehingga juga tidak baik kalau lepas kendali, Nafsu Supiyah menuntun ke kecintaan pada keindahan, kalau lepas kendali, kita bisa menjadi pengumbar nafsu (syahwat).
Begitu pula dengan Nafsu Aluamah, bila lepas kendali akan menuntun kita ke keserakahan, ingin mempunyai yang bukan haknya, dan lain sebagainya.
Persoalannya kemudian adalah, bagaimana cara untuk “mengaktifkan’’ mereka secara seimbang biar mereka bekerja sesuai dengan apa yang kita inginkan, ataupun cara-cara kita untuk mendayagunakannya. Karena berdasarkan pengalaman, sebelum diaktifkan, mereka tidak berada di empat penjuru (mengelilingi kita) namun berjajar di belakang kita. Mereka gres benar-benar bekerja dikala kita memang sedang sangat membutuhkan (di alam lahiriah sering terlihat sebagai kemampuan yang tak terduga sebelumnya), sehabis itu, ya istirahatlah mereka.
Secara mudah, untuk mengaktifkannya sedulur papat ini, kita harus sering-sering mengajaknya berkomunikasi (komunikasi satu arah). Ajaklah mereka kalau kita akan melaksanakan sesuatu. Misalnya akan bepergian, dsb.
Coba juga dihubungi dikala kita sedang melaksanakan meditasi, lakukan komunikasi satu arah (apa yang menjadi harapan kita sampaikan padanya, tanpa harus mendengar balasan yang diberikan).
Sebenarnya, bila kita memakai medium, akan lebih gampang lagi, alasannya yakni kita sanggup eksklusif berwawancara, sehingga kita juga mengerti akan kemauannya, dan cara-cara untuk memanggil yang paling pas. Mereka sanggup di dayagunakan untuk perlindungan, dsb. Gampangnya ya membantu apapun yang ingin kita kerjakan. (jalantrabas.blogspot.com)
Tag :
Artikel
0 Komentar untuk "Sedulur Papat"
Note: Only a member of this blog may post a comment.