Al - QUR'AN ADA 4 PERKARA
1. Al Qur'anul Majid :
Itu cocok benar dengan barangnya, yaitu Al Qur'anul Majid, artinya Al Qur'an yang ada tulisannya, lantaran terbukti ada hurufnya, yang umum suka di baca oleh semua kaum Islam.
2. Al Qur'anul Karim :
Artinya Al Qur'an yang MULIA, setegasnya yang namanya Al Qur'anul Karim itu buktinya TANGAN, berkat jari jemarinya, jadi setegasnya yang nulis yaitu tangan dan jari jemari, lantaran jalan itu goresan pena (huruf-huruf Al Qur'an) berasal dari tangan dan jari jemari yang menulis, jadi jikalau begitu sebenarnya yang mulia itu yaitu TANGAN BESERTA JARI JEMARI yang mula-mula menulis Al Qur'an itu, coba pikirkan siapakah yang mula-mula mengadakan Al Qur'an itu? Masa iya tidak sanggup di mengerti, itulah sebenarnya yang mulia.
3. Al Qur'anul Hakim :
Artinya Al Qur'an yang AGUNG, buktinya yaitu PENGLIHATAN, lantaran tangan beserta jari jemarinya tidak akan sanggup menulis jikalau tidak ada penglihatan. Makara setegasnya yang Agung yaitu PENGLIHATANNYA, yang mula-mula mengadakan Al Qur'an itu.
4. Al Qur'anul Adim :
Artinya Al Qur'an yang SUCI dan KEKAL, yaitu buktinya HIDUP, lantaran Penglihatan, Tangan serta Jari Jemari tidak akan sanggup mengakibatkan apa-apa jikalau tidak ada Hidupnya, jadi setegasnya yang Suci dan yang Kekal yaitu HIDUPNYA yang mula-mula mengadakan Al Qur'an itu.
Oleh lantaran itu kita kini mengaji, jikalau ingin hingga kepada sucinya dan jikalau ingin hingga ke sempurna. Al Qur'an yang empat perkara itu harus dibaca dan dikaji semuanya, pertama-tama kita harus mau membaca Al Qur'anul Majid, yaitu AL QUR'AN MAJAJI, yang ada tulisannya/yang ada hurufnya, nah itu yaitu cuilan ILMU SAREAT, sesudah dibaca harus terus dikaji, yaitu harus diartikan maksudnya, sesudah sanggup dimengerti maksudnya, segeralah cari dan kerjakan TAREKATNYA, biar terasa, alasannya yaitu AL QUR'ANUL MAJID itu yaitu petunjuk jalan untuk mengetahui kepada Yang Mahakuasa dan Rosululloh. Jalannya tidak ada lain kecuali dengan Tarekat, yaitu dengan AL QUR'ANUL KARIM, artinya harus mau mengkaji, PEKERJAAN TANGAN (segala pekerjaan yang dilakukan oleh tangan) begitu pula jari jemari kita, yang sekiranya akan hingga kepada Yang Mahakuasa dan Rosululloh, lantaran Yang Mahakuasa Ta'ala telah memberi tangan dan jari jemari kepada manusia, bukan untuk sekedar digunakan mengakibatkan barang-barang dunia yang terkena rusak saja, tetapi harus digunakan pula untuk mengakibatkan jalan untuk mengetahiu kepada Yang Mahakuasa dan Rosululloh, biar tangan dan jari jemari kita menjadi mulia
Dari AL QUR'ANUL KARIM harus naik lagi kepada AL QUR'ANUL HAKIM yaitu cuilan ILMU HAKEKAT, yaitu cuilan ILMU HAKEKAT, yaitu kita harus mau mengkaji pekerjaan penglihatan kita, yang sekiranya bakal HAKIM (mengetahui) kepada barang kekal, yaitu kepada hakekatnya ALLAH dan MUHAMMAD, lantaran Yang Mahakuasa Ta'ala memberi tajamnya penglihatan kepada manusia, bukan hanya sekedar untuk digunakan melihat kepada barang-barang yang gres saja, yang sanggup terkena rusak namun harus pula digunakan mengetahui HAKEKATNYA ALLAH dan ROSULULLOH disebut dengan AL QUR'ANUL ADIM yaitu Al Qur'an yang kekal HIDUP, bibit dari pada tujuh lapis bumi dan tujuh lapis langit beserta isinya. Nah dari sanalah kita juga asalnya, jadi setegasnya yang namanya Ma'rifat Kepada Allah, yaitu yang sudah mengetahui dibarengi dengan dogma kepada Hakekatnya ALLAH dan MUHAMMAD tegasnya yang disebut dengan JOHAR AWAL.
Namun hati-hati jangan hingga keliru, tetapkan Johar Awal itu kepada terangnya sinar matahari yang sanggup dilihat oleh mata kepala, jikalau itu Johar Pirid namanya, cuilan Swarga Loka (Dewa), tempatnya di Puncak Gunung Himalaya. Perkara Johar Awal yang sejati, yaitu yang disebut pula dengan Johar Latif tegasnya Go'ib, tidak sanggup terlihat oleh mata kepala, sesuai dengan dalilnya yang berbunyi begini :
“Bu'yalullohi ta'ala fi-dunya bi-laenil qoibi”
Artinya: ”Melihat hakekatnya Yang Mahakuasa Ta'ala di dunia dengan tajamnya penglihatan mata hati, tegasnya dengan HAKEKATNYA ROSULULLOH”
Karena yang namanya orang tidak akan ada yang sanggup Ma'rifat kesana lantaran orang hanya sekedar digunakan kawasan untuk melihat kepada Rosululloh dan Yang Mahakuasa Ta'ala.
Setiap-tiap wujud kita sudah sanggup digunakan sebagai kawasan untuk melihat kepada Rosululloh dan Yang Mahakuasa Ta'ala. Tentu tangan dan jari jemari kita akan sanggup menceritakan sebetulnya sudah mengaku mengetahui kepada Yang Mahakuasa Ta'ala, disebabkan sudah diberitahu oleh Rosululloh. Makara kita ini hanya terbawa tahu, terbawa nikmat oleh Rosululloh di dunia hingga ke akherat, tidak akan salah lagi lantaran sudah tetap menjadi umatnya, alasannya yaitu dari kini sudah merasa tidak berpisahnya dengan Rosululloh, dikarenakan siang malam wujud kita tetap digunakan oleh Rosululloh, untuk melihat kepada Yang Mahakuasa Ta'ala. Tiap-tiap sudah merasa bahu-membahu dengan yang Maha Suci, baik siang maupun malam Insya Yang Mahakuasa tekad dan perbuatan kita lama-kelamaan akan terasa suci dan sudah tentu setan-setan tidak akan mau mendekati.
Namun begitu juga jikalau kita sanggup Ma'rifat dibarengi dengan Tauhidnya jikalau tidak dengan Tauhidnya tentu akan salah juga, walaupun sudah memiliki Tarekatnya, lantaran tidak merasa takut, tidak merasa malu, damai saja tekad dan perbuatannya tetap semena-mena, jadi jikalau begitu Ma'rifatnya disebut dengan Ma'rifat Nikung ( menyeleweng ), tentu di dunia tidak akan menerima Syafa'at dari Rosululloh, di dunianya tidak akan luput dari pada kesusahan, lantaran dibenci oleh Yang Mahakuasa Ta'ala, atau tidak diridhoi oleh yang Maha Suci. Seumpama lampu yang ditutupi dengan beling yang kotor, sudah tentu keluarnya juga menjadi gelap, lantaran jikalau kita ingin akrab dengan yang Maha Suci, kitanya juga harus suci, harus saling mensucikan, suci isinya, suci kulitnya, gres dunianya tidak akan luput dari segala kenikmatan, di akherat juga begitu.
Oleh alasannya yaitu itu kita harus waspada sekali, terutama bagi yang sudah memiliki jalan kema'rifatan, tekad dan perbuatan jelek harus dijaga benar-benar,bukan hanya sekedar mengetahui saja, tetapi harus dibarengi dengan pengamalannya dan tekadnya harus baik, alasannya yaitu jikalau kita melaksanakan perbuatan maksiat, dan melanggar aturan syara', tentu kita akan cepat di aturan oleh yang Maha kuasa, yang lebih berat hukumannya di bandingkan dengan yang belum Ma'rifat, menyerupai di dunia juga seumpama orang kampung mencuri ayam hukumannya hanya sekedar didenda atau dipenjara ( dikurung ) selama seminggu, tetapi seumpama seorang Camat mencuri ayam, tentu akan lebih berat lagi hukumannnya, selain dari pada dicopot jabatannya, ditambah dengan dieksekusi dua hingga tiga kali lipat, dari pada si orang kampung tadi hukumannya, dikarenakan sudah mengetahui kepada Artikelnya, apalagi bagi yang sudah mengetahui kepada Yang Mahakuasa Ta'ala, harus ingat kepada perjanjian Guru SEJATI, ibadah bersama-sama, durhaka berpisah...
Tag :
Artikel
0 Komentar untuk "Tingkatan Al Qur'an"
Note: Only a member of this blog may post a comment.